Bahaya Hidup Membujang — Belakangan ini tren orang memilih hidup sendiri semakin banyak. Mereka tidak menikah karena salah satu pertimbangannya hidup sendiri lebih berbahagia, bebas dan lebih otonom.
Mereka hidup seorang diri hanya berteman hewan piaraan seperti anjing atau kucing. Umumnya mereka hidup sendiri karena pasangan mereka meninggal dunia atau mengalami trauma untuk menikah kembali.
Belakangan hidup sendiri juga menjadi tren. Di beberapa negara, seperti di Skandinavia, AS atau Jepang, banyak orang memilih hidup sendiri tanpa keluarga dan kerabat. Mereka tidak bergantung dengan orang lain mulai dari mengurus rumah hingga diri sendiri.
Untuk mencari faktor penyebab sangat komplek. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
- Trauma perceraian
- Meningkatnya kemakmuran
- Harapan hidup semakin tinggi
- Menunda perkawinan
Di Denmark misalnya, sekitar 47 persen penduduknya hidup seorang diri tanpa bergantung orang lain. Lalu menyusul Norwegia dan Jerman.
Elyakim Kislev dari Universitas Hebrew, Jerusalem dalam bukunya Happy Singlehood mengatakan orang yang memilih hidup sendiri adalah mereka yang ingin kebebasan, merdeka, mengutamakan kreatifitas dan tidak mau berkompromi dengan orang lain.
Hidup seorang diri ini bukan berarti mereka kesepian. Kislev mengatakan, orang yang hidup sendiri ini justru lebih banyak bersosialisasi dengan orang lain. Mereka sering mengunjungi orang tua, anak kerabat dan teman dibanding orang yang hidup berpasangan.
Orang yang hidup berpasangan, menurut Kislev justru saat hari tua semakin merasakan kesepian karena mereka kehilangan teman. Sementara mereka yang tidak terikat pasangan memiliki ikatan sosialnya yang sangat kuat. Mereka lebih mandiri dan merasakan hidup lebih berguna.
Mulai Merambah Ke Asia
Gejala hidup seorang diri saat mulai melanda negara-negara di Asia, seperti jepang, Korea Selatan dan Vietnam. Padahal kita tahu, orang Asia lebih menyukai hidup kolektif dan bertumpu pada keluarga. Terkadang dalam satu rumah ada satu hingga dua kepala rumah tangga.
Singapura adalah satu negara yang mulai merasakan fenomena ini. Koran ternama Strait Times tahun 2023 melaporkan 2 dari 5 warga Singapura yang berusia 62 tahun ke atas hidup seorang diri tanpa bantuan keluarga dan kerabat. Para penyendiri ini hidup bergantung dari bantuan pemerintah.
Apakah Hidup Seorang Diri Menyehatkan ?
Elyakim Kislev bisa saja mengatakan hidup seorang diri membuat seseorang lebih berbahagia dan merdeka. Namun, pendapat Kislev menurut sejumlah ahli tidak benar. Hidup sendiri bisa membulkan beberapa masalah kesehatan dan psikologis yang serius.
Frontiers in Public Health tahun 2022 melakukan penelitian terhadap 120 ribu orang di Taiwan yang hidup seorang diri. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan, sukarelawan mengalami masalah kesehatan mental, yakni depresi klinis. Apalagi mereka yang memutuskan hidup sendiri akibat perceraian atai pasangannya meninggal dunia.
Hal yang sama juga dinyatakan Profesor Koh dan Profesor Feng Qiushi dari Departemen Sosiologi dan Anthropolgi dari National University of Singapore. Kedua ahli ini melihat dampak para lansia yang hidup seorang diri di Singapura mengalami gangguan mental akibat terputus hubungan dengan masyarakat.
Jika anda terpaksa hidup seorang diri dan mengalami gejala depresi barangkali perlu mempertimbangkan untuk memperhatikan beberapa hal :
- Mulai mencari waktu berkunjung atau berinteraksi dengan orang lain secara teratur. Bila mobilitas terbatas akibat usia, bisa melakukannya dengan video chatting. Sekarang sudah banyak platform sosial media yang bisa berinteraksi langsung dengan video semisal, Skype, Zoom, Facetime atau Whatsapp.
- Hobi juga bisa menjalin pertemanan. Anda bisa mengikuti klab sepeda, hiking, renang, dansa atau melukis. Dengan hobi ini anda akan menemukan persamaan dengan orang lain dan bisa berdikusi dan berbagi tentang banyak hal.
- Mengikuti kegiatan volunter atau menjadi pekerja di lembaga non profit. Ini sangat baik untuk membuka anda dengan dunia luar dan melupakan depresi dan kesendirian yang anda alami. Di Indonesia mungkin belum banyak lembaga non profit yang menyediakan lowongan bagi pekerja yang lansia.
- Berolah raga, tidur yang cukup serta mengatur pola makan sangat membantu untuk mengurangi depresi.
Badan Kesehatan Dunia, WHO tahun 2023 mendeklarasikan kesepian sebagai epidemi global yang saat ini menghantui manusia. Kesepian ini menurut WHO menjadi penyebab banyak orang menderita demensia, penyakit jantung, stroke dan kematian prematur.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Sejak pertama kali muncul di bumi manusia hidup berkelompok. Keterbatasan fisik menjadi faktor pendorong manusia untuk saling membantu agar bisa bertahan hidup.