Bahaya Ponsel : Mengapa Anda Harus Berhati-Hati !
Gadget atau ponsel sudah tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-sehari. Semakin hari semakin banyak orang tergantung dengan ponsel. Kemanapun kita pergi, ponsel tidak pernah lepas dari genggaman.
Para ahli sudah memperingatkan bahaya penggunaan ponsel yang bisa menyebabkan kecanduan sepeti narkotika.
Orang Indonesia Paling Lama Menggunakan Gadget
Menurut laporan State of Mobile tahun 2024, sebuah platform data AI yang mensurvei data market dan konsumer menyebutkan orang Indonesia merupakan pengguna gadget atau ponsel dengan durasi paling lama, yakni rata-rata 6 jam perhari. Lalu menyusul Thailand, Argentina, Arab Saudi dan Brasil yang rata – rata lima jam perhari.
Coba saja tengok sekitar anda, gadget tidak lepas dari tangan. Teknologi yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Martin Cooper dari Motorola Corp untuk membantu manusia berkomunikasi kini menjadi candu bagi manusia. Bayangkan bila jaringan internet selama dua hari mati ? Manusia akan gelisah.
Efek Dopamine Pada Manusia
Kecanduan adalah ketidakmampuan seseorang mengendalikan perilaku yang cenderung membahayakan diri sendiri. Kecanduan tidak hanya terhadap narkotika atau alkohol namun juga pengunaan gadget atau ponsel.
Tahun 1950’an seorang ahli saraf asal Inggris, wanita, Kathleen Montagu berhasil menemukan molekul di otak yang disebut Dopamine. Dopamine ( L-Dopa ) yang memotivasi dan memicu keinginan anda mulai dari ingin makan, tidur hingga lebih dari kebutuhan dasar seperti ingin menjadi orang kaya, menginginkan mobil mewah hingga menjadi penjabat atau pengusaha sukses.
Daniel Lieberman dan Michael Long menyebutnya Molecule of More atau “molekul serakah” karena Dopamine inilah menyebabkan keinginan kita tidak pernah terpuaskan.
Menurut Daniel, jika anda patuh, maka Dopamine akan memberikan anda kesenangan. Namun jika anda tidak menuruti perintahnya, maka Dopamine akan membuat anda menderita.
Jumlah Dopamine Sedikit, Namun Berpengaruh.
Jumlah molekul Dopamine di otak manusia menurut Kathleen sangat sedikit, hanya 0,0005 persen atau satu banding dua juta sel di otak, namun pengaruh Dopamine sangat luar biasa bagi manusia.
Ketika kita menginginkan sesuatu yang menyenangkan, otak akan melepaskan Dopamine. Semisal, saat bangun pagi, aroma kopi sudah terbayang dalam benak anda. Maka otak anda melepaskan Dopamine. Saat anda menyeruput kopi dan menikmatinya efek Dopamine perlahan berkurang dan akhirnya hilang. Ketika hilang, anda kekbali membutuhkan Dopamine untuk menikmati kopi dan otak kembali melepaskanya dan begitu seterusnya.
Bagi pecandu narkoba atau perokok, kebutuhan dopamine akan terus meningkat untuk mencapai kenikmatan.
Tidak bisa dibantah, manusia membutuhkan Dopamine untuk memotivasi kita untuk makan, berhubungan seks, olah raga hingga tidur. Sebaliknya, Dopamine ini bisa menmbulkan masalah bila kita tidak menakar dan mengaturnya.
Media Sosial dan Efek Dopamine
Manusia pada dasarnya membutuhkan Dopamine untuk memotivasi kita untuk makan, berhubungan seks, olah raga hingga tidur. Sebaliknya, Dopamine ini bisa menmbulkan masalah bila kita tidak menakar dan mengaturnya.
Efek Dopamine inilah yang terjadi saat kita menggunakan ponsel atau gadget.
Chamath Palihapitiya, mantan Vice President yang mengurusi pertumbuhan pengguna Facebook mengaku menyesal memanfaatkan efek dopamine di platform Facebook, Snapchat dan Instagram sehingga orang kecanduan menggunakan smartphone.
Sejatinya ponsel bukan yang menjadi penyebab kecanduan, namun aplikasi media sosial yang terinstal tersebut yang membuat banyak orang kecanduan gadget.
Ketika anda menulis status di Facebook misalnya, dopamine anda akan melesat naik karena anda terpaku menunggu dan berharap orang lain memberikan tanggapan atau “like”.
Gejala Kecanduan Smartphone
Ada beberapa simptom atau gejala kecanduan smartphone :
- Nomophobia : Gejala ini terasa ketika anda pergi dan ketinggalan ponsel. Jika anda panik dan cemas, pertanda anda mulai kecanduan.
- Textaphrenia : Ketakutaan tidak bisa mengirim pesan atau teks. Biasanya menjangkiti kalangan muda yang kerap berkomunikasi menggunakan gadget. Textaphrenia ini bisa menimbulkan kecemasan, tidak nyaman, depresi hingga kepercayaan diri yang rendah.
- Ringxiety : Perasaan ini munculnya notifikasi atau dering dari telepon anda, padahal tidak ada. Gejala ini biasanya terlihat ketika seseorang kerap membuka ponsel dan kerap mengecek notifikasi berulang-ulang.
- Textiety : Perasaan cemas ketika menulis atau membelas pesan melalui ponsel.
Dalam banyak kasus, orang yang tidak menyadari kalau dirinya sudah kecanduan ponsel. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam, duduk, berdiri dan berjalan dengan menunduk sambil memegang gadget.
Sebagian juga tidak menyadari mereka kerap melihat atau mengecek notifikasi di ponsel padahal tidak adal alasan yang penting atau urgen untuk selalu melihatnya. Bahkan dalam tingkat yang ekstrem, banyak kecelakaan lalu lintas terjadi akibat pengemudi bermain smartphone.
Di AS, berdasarkan penelitian setiap hari terjadi delapan kecelakaan lalu lintas akibat gangguan mengemudi dimana pengemudi menggunakan telepon genggam saat mengemudikan kendaraan.
Ponsel dan media sosial juga menjadi biang kerok keretakan rumah tangga.
Ada cerita menarik dari Pengadilan Agama di Surabaya. Setiap tahun pasangan yang mengajukan permohonan cerai terus meningkat. Tahun 2023 misalnya, Pengadilan Agama di Surabaya menerima 2,800 permohonan cerai. Menariknya, sebagian besar permohonan cerai akibat masalah sepele, salah satunya adalah media sosial.
Jika anda merasa gejala kecanduan ponsel, ada beberapa cara untuk mengendalikannya. Ingat! bahwa mengatasi kencaduan tidak mudah dan godaan untuk menggunakan ponsel dan media sosial akan selalu datang.
Berikut beberapa kita yang bisa diterapkan :
- Selalu logout ketika sudah menggunakan ponsel untuk kegiatan yang tidak penting dan esensil.
- Ada sejumlah aplikasi yang bisa melcak berapa lama anda memelototi layar ponsel. Aplikasi ini cukup bermanfaat untuk mengetahui berapa lama anda menggunakan ponsel dalam satu hari. Anda bisa batasi, misalnya cukup dua jam dalam satu hari.
- Tandai pemicu anda menggunakan ponsel. Apakah ketika dalam keadaan seorang diri atau situasi yang menurut anda membosankan atau yang membuat stres. Kondisi seperti ini mudah bagi seseorang untuk menggunakan ponsel hanya sekedar untuk menghibur diri. Anda bisa menyiasatinya dengan mengubah mood atau berolah raga dan mencari kegiatan yang positif. Otak kita sangat elastis dan tergantung kehendak kita.
- Ingat ! Kita adalah makhluk sosial. Kurangi interaksi dengan teman atau kerabat melalui media sosial. Bertatap muka langsung dan berkomunikasi dengan suara serta gesture lebih baik dan bisa menghindari kesalahpahaman yang kerap terjadi ketika kita mengobrol dengan cara texting.
- Anda juga bisa menentukan kapan saatnya menggunakan ponsel dan kapan saatnya tidak. Buatlah jadwal tertentu misalnya hanya menggunakan ponsel saat kuliah, bekerja atau waktu kosong. Tetapkan berapa durasi penggunaannya. Setelah itu matikan.
- Anda juga bisa membiasakan diri dengan mematikan ponsel ketika mengemudikan mobil atau sepeda motor. Saat undangan makan atau ketika bersama keluarga dan anak-anak.
- Jangan membawa ponsel anda ke tempat tidur. Cahaya biru dari ponsel yang terpancar justru akan membuat tidur anda terganggu. Matikan ponsel dan letakan di meja. Anda bisa membaca buku atau ebook untuk membantu anda tidur.
- Beranikan diri untuk men-delete aplikasi sosial media dari ponsel anda. Alternatifnya, anda bisa mengecek sesekali status Facebook, Instrgaram atau Tweeter anda di PC atau laptop. Ingat, status seseorang yang tampil di media sosial bukanlah realita yang sebenarnya. Ini sudah bukan rahasia umum.
- Jangan takut dengan FOMO. Kebanyakan dari kita kuatir, ketika kita jarang menggunakan ponsel, kita akan kehilangan banyak kesempatan dan berita. Saat informasi bisa didapat di mana saja, tanpa ponsel dan kita juga tidak mungkin mengetahui segala hal atau well informed di dunia. Terima kenyataan tersebut dan menurut saya hidup tanpa informasi lebih baik dan damai.