Belajar Untuk Tidak Menjadi kaya Raya —
Setiap orang ingin kaya raya. Namun dibalik itu adalah bencana tersembunyi. Helena Lim dan Harvey Moeis adalah salah satu contoh. Mereka sepertinya tidak belajar dari para filsuf ribuan tahun lalu yang mengajarkan manusia agar hidup sederhana dan menahan hawa nafsu.
Kedua Crazy Rich ini sedang berurusan dengan aparat penegak hukum karena mengejar kekayaan. Harta mereka berlimpah dan membuat banyak orang terpana. Helena dan Harvey kerap memamerkan kemewahan di media sosial. Mulai dari kalung berlian yang berharga miliaran rupiah hingga tas, sepatu branded dan rumah bak istana.
Belakangan Kejaksaan Agung mencium banyak kejanggalan dari sumber penghasilan mereka. Hingga akhirnya, Helena dan Harvey kini harus mendekam di sel penjara yang sempit dan pengap yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Bahaya Menimbun Harta
Epicurus atau Epikuros ( Bahasa Indonesia ) adalah salah satu orang bijak yang hidup 341 hingga 270 Sebelum Masehi di Athena yang sudah memperingatkan bahaya menimbun harta dan kekayaan.
Epikuros mendirikan mazhab yang mengajarkan seseorang untuk menikmati hidup dan bersenang -senang. Ia membangun komunitas dan mengajak pengikutnya hidup secara ekslusif dan bersenang-senang.
Hedonis kah? Ya. Namun Epikuros bukan mengajarkan manusia untuk bersenang – senang dengan mengumpulkan kekayaan. Sebaliknya, ia mengajarkan manusia untuk bersenang – senang atau hedon sesuai batas kodrat manusia. Bagi Epikuros hidup pada intinya berusaha menjauhi rasa sakit atau gangguan.
“Jika anda ingin membuat orang bahagia, jangan berikan harta dan kekayaan melainkan jauhi dari nafsu dan keinginannya”
Empat poin Hidup Bahagia
Epikuros mengajarkan empat poin penting agar anda hidup bahagia, tanpa kekayaan berlebih :
Menikmati Hidup : Tujuan hidup paling penting bagi manusia adalah bebas dari rasa sakit dan gangguan yang tidak menyenangkan dalam hidup. Bagi Epikuros, bersenang – senang adalah mutlak dan harus menjalaninya bukan dengan menumpuk harta kekayaan karena justru membawa bencana.
Jangan Cemas dan Takut : Ketakutan menurut Epikuros membuat kita menjadi tidak bahagia. Salah satunya takut kematian. Kematian menurut Epikuros terus membuntuti hidup manusia sehingga menjalani hidup tidak nyaman dan selalu cemas.
Hidup Sederhana dan Tidak Ribet : Hiduplah sederhana dan simple dalam segala hal. Buang jauh – jauh keinginan yang tidak perlu serta kemewahan hidup, karena menimbun harta dan memikirkan status sosial justru membuat hidup anda selalu cemas dan kuatir kehilangan.
Perbanyak Silahturahmi dan Pertemanan : Epikuros Menjalin persahabatan dan silahturahmi dengan sahabat dan teman akan membuat seseorang bahagia karena merasa nyaman dan menyenangkan. Tentnya pertemanan ini bukan kontak melalui media sosial atau gadget melainkan pertemuan fisik serta diskusi yang menyenangkan.
Epikuros mengatakan :
“Keinginan yang alamiah dan wajar ada batasnya dan tidak sulit mencapainya. Sebaliknya, keinginan yang tidak wajar justru tidak ada batasnya dan sulit mendapatkannya”
Bukan Hanya Kaya, Tetapi Juga Status Sosial
Manusia pada intinya sulit mengendalikan hawa nafsu. Epikuros memaparkan ada dua keinginan yang kerap membuat manusia sulit membedakannya. Keinginan wajar dan tidak wajar.
Keinginan wajar sifatnya sangat alamiah dan terbatas. Anda lapar, maka anda harus makan. Begitu juga dengan rasa haus, lelah hingga kebutuhan akan tempat berteduh serta berteman. Kebutuhan alamiah ini sangat mendasar. Kebutuhan ini tersedia, terbatas dan mudah terpenuhi.
Sebaliknya, keinginan yang tidak wajar justru tidak terbatas, infinity. Menurut Epikuros, keinginan tidak wajar ini justru yang membuat manusia serakah dengan terus mengejar harta serta status sosial. Keinginan ini menurut Epikuros sia-sia karena tidak berujung, Endless Pursuit. Manusia justru akan terjebak dalam pusaran yang akan menjeratnya dalam kehancuran.
Apa yang menimpa orang yang memburu harta kekayaan tidak bisa membedakan mana keinginan yang wajar dan tidak wajar.
“ Lebih baik tidur di atas tikar tapi terbebas dari rasa takut daripada tidur beralasan kasur empuk serta meja emas namun hidup penuh dengan kesusahan” – Epikuros.
Kapitalime dan Kemorosotan Nilai
Oliver James dalam bukunya Affluenza menggambarkan di era moderen dengan ideologi kapitalisme masyarakay memburu kekayaan hingga ke liang lahat. Ideologi kapitalis telah menggiring dan mendisain manusia menjadi makhluk konsumtif yang kehilangan kebebasan memilih.
Sejak kecil, kita terlena bujuk raya mainan. Beranjak dewasa berlomba memburu kemewahan dan status sosial dan di usia tua, tidak sedikit dari mereka terlilit hutang dan hidup miskin.
Menurut Oliver James, kapitalisme sangat berbahaya bagi mental seseorang. Keinginan untuk kaya raya secara psikologis adalah penyakit dari bombardir iklan dan ketimpangan sosial. Menurut Oliver, virus ini sudah menyebar dan merusak sendi kehidupan masyarakat moderen.
Dekadensi atau kemorosotan sosial dan moral akibat kapitalisme ini terekam jelas dalam foto karya Lauren Greenfield. Dalam bukunya Generation Wealth setebal 500 halaman, Greenfield merekam pertentangan antara kekayaan, kemakmuran, keindahan dengan kompetisi, korupsi, fantasi dan hidup berlebihan. Money and Virtue, kekayaan dan kehidupan glamor ternyata menjanjikan kebahagiaan palsu.
Kekayaan Membuat Hidup Cemas
Sebuah survei yang dirilis BMC Medicine menemukan bahwa dampak materialisme bisa merusak psikologi seseorang. Dari hasil survei terhadap 90,000 orang di negara-negara maju, kekayaan ternyata tidak membahagiakan bahkan sebaliknya menyebabkan depresi berat dan penyakit mental.
Sosiolog dan ekonom ternama asal Amerika Serikat, Thorstein Veblen melihat banyak orang kaya atau leisure class sebenarnya bukan ingin menjadi kaya raya, namun mereka mengumpulkan harta karena ingin meraih status sosial dan ingin lebih superior terhadap orang lain.
Lalu, apakah perbuatan Helena Lim dan Harvey Moeis salah mengumpulkan harta? Jawaban bisa ya dan tidak. Seorang filsuf Stoik dari Yunani, Lucius Annaeus Seneca ( 4 SM – 65 SM ) sudah memperingatkan manusia bahaya menjadi kaya raya
Seneca mengatakan kekayaan kerap membawa kecemasan, keserakahan dan menyebabkan kebobrokan moral. Ia memperingatkan agar tidak menjadi budak kekayaan karena justru menjadikan hidup tidak bermakna.
Berikut beberapa poin penting untuk mengurungkan niat anda menjadi kaya raya :
- Kekayaan dan harta benda justru membuat hidup anda hampa dan tidak bermakna
- Anda akan semakin terisolasi dan terasing . Kekayaan anda akan menjadi pagar tinggi yang membatasi anda untuk berhubungan dengan orang lain yang lebih luas. Anda semakin curiga dan kuatir dengan orang lain.
- Kekayaan anda akan membuat bergantung dan tidak mandiri karena anda akan selalu meminta perlakukan khusus berdasarkan status keuangan anda. Kondisi ini juga bisa membuat anda kehilangan empati dan persamaan kebersamaan dengan orang lain.
- Cemas dan stress sering menghantui mereka yang memiliki kekayaan. Mereka terbebani untuk menjaga status quo dan terus mengejar kemewahan. Ingat ! Kekayaan adalah candu yang membunuh akal sehat anda.
- Orang kaya kerap menghadapi dilema etika dan moral. Mereka lebih memprioritaskan kepentingan harta benda mereka dibanding keprihatinan terhadap lingkungan hidup, kesejahteraan buruh atau kesadaran membayar pajak.
- Banyak orang kaya yang hidupnya kehilangan arah. Mereka tidak bisa memaknai hidup dan terasa hampa, tidak memuaskan tanpa tujuan.
Pertimbangkanlah untuk menjadi kaya raya.