Pelajaran penting dari Bruce Willis.
Bayangkan aktor yang kerap membintangi film laga dan beberapa kali mendapat nominasi Oscar menderita demensia, penyakit yang kerap menghantui para usia lanjut. Tokoh yang gagah dan bugar kini perilakunya berubah. Bruce tidak lagi merasakan cinta dan kasih sayang. Aktor film laga, yang terkenal dalam film Die Hard ini juga tidak mengenal lagi anak dan istrinya. Kondisinya sangat memprihatinkan bahkan hari demi hari, kesehatan Bruce semakin menurun.
Apa itu Demensia Frontotemporal ?
Bruce Willis menderita Dementia Frontotemporal atau gangguan otak yang menyerang otak bagian depan. Rumah Sakit Mayo Clinic di AS menyatakan gangguan otak jenis ini menjadi pemicu sekitar 10 hingga 20 persen kasus demensia.
Umumnya, penderita demensia frontotemporal akan mengalami perubahan kepribadian. Penderita bisa berbuat tidak senonoh di depan umum. Selain lupa ingatan, penderita demensia jenis ini juga kerap impulsif, tidak peduli dengan orang lain, tidak memiliki empati dan lain sebagainya.
Bisa kita bayangkan, Bruce menjadi orang asing di tengah keluarganya sendiri. Ia tidak mengenal dirinya sendiri serta istri dan anak – anaknya.
Penyebab Demensia
Banyak penyebab demesia. Selain karena usia tua, penyakit Alzheimer menjadi salah satu pemicu demensia. Kabarnya sekitar 50 hingga 70 persen. Para ahli saat ini tengah menyelidiki faktor genetik dari penyakit Alzheimer. Ternyata mutasi gen menjadi pemicu Alzheimer di usia antara 30 hingga 60 tahun. Namun, para ahli hingga saat ini belum mengetahui penyebab terjadinya mutasi gen atau kromsom tersebut.
Alois Alzheimer, sang penemu penyakit ini pada tahun 1901 menemukan protein atau plak ( beta – amyloid ) di bagian otak penderita. Plak inilah yang merusak jaringan saraf, khususnya saraf memori dan kemudian menyebar hingga ke bagian cerebral cortex yang menentukan kita berbicara, berfikir ( reasoning ) dan bertindak tanduk.
Selain Alzheimer, Demensia Vascular juga menjadi penyebab utama demesia dan biasanya penderita demensia vascular ini disebabkan serangan stroke.
Belum Ada Obat Untuk Penderita Demensia
Sejujurnya, hingga saat ini para ahli masih belum mengetahui pasti penyebab demensia. Bila Alzheimer menjadi biang kerok penyebab munculnya plak di jaringan saraf, para ahli saat ini tengah mencari obat yang ampuh. Namun, peneliti sudah melakukan berbagai uji coba, hasilnya masih gagal. Hingga saat ini penyebab Alzheimer masih misteri? Kita masih harus bersabar dan berharap suatu saat para ahli akan menemukan sumber penyebab Alzheimer sehingga memberikan titik terang bagi penyembuhan demensia.
Dr. Giovanna Lalli dari Lembaga Riset Demensia di Inggris mengatakan, saat ini mereka tengah menyelidiki berbagai macam tipe demensia. Para peneliti di lembaga riset ini, tengah serius menyelidiki demensia dari berbagai sudut dan perspektif, mulai dari faktor genetik, interaksi antar sel otak, vasculature hingga sistem kekebalan tubuh.
Hindari Gangguan Mental dan Gaya Hidup Tidak Sehat
Hidrocephalus juga bisa menjadi penyebab seseorang demensia. Cairan Cerebrospinal yang berlebihan di kepala bisa menyebabkan demensia atau yang biasa disebut mnemonic.
Selain itu penyakit Parkinson dan Creutzfeld Jakob juga bisa menyebabkan seseorang menjadi demensia.
Selain berbagai penyakit, gaya hidup seseorang yang tidak menyehatkan juga bisa memicu demensia. Mengkonsumsi minuman keras berlebihan, kebiasaan merokok dan serta obesitas bisa memicu seseorang menjadi demensia. Bahkan peneliti juga menemukan faktor kesehatan mental seperti depresi juga bisa berkembang menjadi demensia.
Penderita Demensia Di Indonesia Meningkat
Usia menjadi salah faktor utama seseorang menderita demensia. Semakin seseorang bertambah usia, semakin besar kemungkinan terkena demensia. Saat ini jumlah orang yang berusia tua semakin bertambah dan otomatis jumlah penderita demensia juga bertambah.
Menurut Alzheimer Indonesia, sebuah organisasi non-profit yang dibentuk untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan demensia mencatat tahun 2016 ada 1,2 juta orang di Indonesia yang hidup dengan demensia. Jumlah ini akan berlipat menjadi 2 juta orang pada tahun 2030.
Meningkatnya kesejahteraan hidup dan perbaikan ekonomi memang mendorong usia manusia semakin bertambah, namun sebaliknya justru menyimpan bencana yakni resiko terkena demensia.
Bukan untuk menakut-nakuti, lembaga riset ini juga menyebut dalam 3 detik 1 orang meninggal dunia akibat demensia. Seseorang yang terkena demensia akan mengalami komplikasi berbagai macam penyakit, seperti pneumonia, diabetes, tekanan darah tinggi. Bahkan pada kondisi tertentu, penderita demensia menderita kelaparan dan kehausan, karena mereka biasanya tidak mau makan dan minum.
Kesimpulan
Alzheimer dan usia tua adalah pemicu utama demensia. Hingga saat ini belum ada obat yang ampuh untuk mengobati Alzheimer dan mencegah seseorang tidak demensia. Kendati demikian, kita bisa mengurangi resiko agar tidak mengalami demensia.
Ibarat otot, otak kita harus berlatih dan tetap aktif. Ketika anda memasuki usia lanjut tidakada salahnya untuk mempelajari banyak hal untuk membuat otak tetap aktif. Mempelajari bahasa asing, membaca buku adalah salah satu cara efektif mencegah kebuntuan jaringan saraf di otak.
Silahturahmi dan berkumpul bersama teman juga bisa mengurangi resiko menderita demensia. Menjadi tua bukan berarti hidup berhenti dan lambat. Secara fisik, lanisa tidak bisa aktif bergerak seperti ketika usia muda, namun seseorang masih melakukan banyak hal selain kerja fisik.
Tidak ada salahnya anda mendaftar kursus gita atau piano, bahkan mengikut les menari. Kegiatan – kegiatan seperti ini bisa membuat otak manusia terus aktif bergerak.
Selain kegiatan menyenangkan dan berfikir. Diet dan rutin berolah raga juga sangat penting khususnya untuk menjaga agar tidak terkena stroke dan diabetes yang menjadi faktor pemicu demensia.