Blaise Pascal mengatakan
“ Nasib malang manusia akibat ulahnya sendiri karena manusia tidak bisa diam dan duduk dengan tenang di dalam ruangan”
Pascal, filsuf asal Prancis yang hidup di abad ke 17 kabarnya sangat suka memelihara anjing. Menurutnya dia, semakin sering ia mengamati manusia, dia semakin mencintai anjingnya.
Itulah sarkasme Blaise Pascal tentang manusia. Baginya, anjing lebih bermartabat dibanding manusia yang kerap mengagungkan rasio dan akal pikiran.
Cobalah amati hewan milik anda, apakah itu kucing atau anjing. Dalam benak saya dan anda pasti sering terlintas betapa tidak peduli mereka terhadap dunia ini. Ketika lapar, mereka mencari makan, setelah kenyang lalu tidur dan begitu seterusnya.
Sebaliknya, manusia ketika lapar hanya ada satu pikiran di kepalanya, makan. Namun ketika kenyang masalah sebenarnya mulai muncul. Mulailah berkhayal ingin memiliki rumah mewah, kendaraan yang banyak bahkan ingin beristri lebih dari satu. Artinya, masalah manusia muncul justru ketika perutnya kenyang.
Jika anda membaca atau menonton berita di televisi, manusia banyak menghadapi persoalan yang sebenarnya akibat ulahnya sendiri.
Seandainya tidak ada kendaraan seperti mobil atau motor, tidak akan ada kecelakaan yang bisa merengut nyawa manusia. Tidak ada polusi yang menyebabkan perubahan iklim dan kini menjadi kerisauan para pemimpin dunia.
Bila manusia tidak membangun rumah mewah berdinding beton yang kokoh, gempa bumi atau tsunami tidak akan memakan korban jiwa. Jika manusia tidak menciptakan telepon genggam, tidak akan ada berita hoax yang bisa memicu kekacauan.
Belajar untuk tidak peduli
Hidup ini terus berputar. Siang berganti malam dan malam berganti siang. Begitu seterusnya. Hidup menjadi bermakna karena manusia memberikan makna kepadanya. Namun sejatinya, hidup tidak peduli dengan kita. Kehidupan tidak peduli kita mati atau hidup. Tidak peduli kita memang judi atau kalah atau calon presiden yang kita coblos kalah.
Lalu kenapa kita harus peduli dengan kehidupan?
Jean Paul Sartre, filsuf sekaligus novelis asal Prancis mengatakan hidup manusia kerap digempur dengan kesusahan, masalah dan penderitaan bukan karena hidup memang seperti itu tetapi karena manusia dikutuk sebagai makhluk yang bebas, sehingga akibatnya manusia harus menerima fakta dirinya lemah atau kuat.
Sartre mengatakan kehidupan tidak mempedulikan kita atau tindakan kita. Maka dari itu, menurut Sartre kita harus aktif dalam kehidupan ini agar kita merasakan kehidupan yang sebenarnya.
Banyak orang yang mengutuk hidup karena tidak adil. Padahal kehidupan bukanlah hakim yang memegang keputusan moral, baik atau buruk.
Ketika hidup tidak memperdulikan kita lalu apa tujuan hidup buat manusia?
Hiduplah Untuk Saat ini
Eckhart Tolle, seorang penulis spiritual mengatakan tujuan hidup bagi manusia adalah berada dan menyatu dalam hidup ini. Menurut Tolle manusia harus ada atau hadir dalam setiap momen kehidupan. Manusia harus menyadari dirinya benar-benar ada dalam kehidupan. Hadir dalam setiap momen tanpa terikat dengan penyesalan di masa lalu dan ketakutan di masa akan datang. Hidup harus diperjuangkan setiap hari, hadir dan ada.
Pascal mengatakan manusia kerap terjebak dengan masa lalu dan masa akan datang sehingga hidup yang berharga berlalu begitu saja.
Eckhart Tolle melihat banyak manusia menjalani hidup dengan manipulatif. Mereka terlihat hidup, namun faktanya hidup dengan fantasi dan angan-angan yang bersifat ilusi. Tolle menginginkan kita hidup orisinal seperti makhluk hidup lainnya yang melihat kehidupan apa adanya, tanpa pretensi buruk dan baik.
Dalam buku klasik Cina, Tao, manusia diajarkan untuk bersikap diam atau non -action. Tao mengajarkan jalanilah kehidupan apa adanya. Biarkan semua terjadi dan berlalu seperti alam yang terus berubah. Kekacauan suatu saat akan berakhir, pesta akan usai, dan pertikaian akan menjadi berakhir damai. Tao mengatakan manusia lebih baik diam dan tidak mencampuri proses yang terjadi dalam kehidupan. Biarkan mengalir sehingga hidup manusia menjadi lebih tenang dan damai. Ajaran Tao intinya bila manusia ingin berdamai dengan hidup, biarkan segala-galanya mengalir tanpa manusia harus campur tangan..
Bila demikian, buat apa manusia kuatir tentang hidup bila hidup tidak perduli dengan kita?
Epicurus, seorang filsuf kuno Yunani menganjurkan manusia agar bersenang-senang menjalani hidup. Menjauh dari rasa yang menyakitkan. Menurut dia sumber dari penderitaan manusia adalah ketakutan atas kematian dan kehidupan. Ia mengatakan tempat yang ideal bagi manusia adalah tempat yang sepi penuh damai, bebas dan jauh dari rasa ketakutan. Bagi Epicurus hidup dengan kebutuhan dasar membuat manusia hidup damai dan tenang dan memiliki teman yang banyak.
Intinya untuk menikmati hidup :
- Jalani hidup apa adanya.
- Nikmati hidup anda setiap hari. Lupakan masa lalu dan jangan takut dan cemas dengan masa akan datang.
- Lihatlah hidup tanpa pretensi baik atau buruk, karena hidup bukan seorang hakim yang memutuskan baik dan buruk.
- Biarkan hidup ini mengalir jangan campur tangan. Diam dan ikuti saja hidup ini mengalir.
- Bersenang-senanglah menjalani kehidupan ini. Jangan dihantui rasa takut akan kematian karena semua makhluk akan mengalami hal yang sama.